Selasa, 20 Oktober 2015

pemeriksaan fisioterapi pada kasus respirasi



Pemeriksaan Fisioterapi Pada System Respirasi
A.    Anamnesis
1.      Anamnesis Umum
Anamnesis dapat dilakukan melalui pasien atau keluarganya, tentang identitas berupa nama, umur, agama, pekerjaan.
2.      Anamnesis khusus
Berisi tentang keluhan pasien,  riwayat medis, gangguan keterbatasan fungsional,  iwayat social.
B.     Inspeksi
1.      Tingkat kesadaran
Inspeksi tingkat kesadaran beru[pa responsive pasien, apakah pasien lesu dan apak pasien masih sadar atu tidak. Perubahan tingkat kesadaran dapat terjadi  hypercarbiac (PCO2 meningkat ) atau Hypoxic (PO2 menurun).

2.      Warna
Perhatikan apakah terjadi syanosis perifer (kuku), dan sentral (bibir) dan sianosis terjadi akibat hypoxia.

3.      Wajah
Perhatikan ekspresi wajah, apakah menunjukkan stress atau kelemahan dan tanda kelelahan respirasi, keringat dan dilatasi pupil.

4.      Leher
Perhatikan selama inspirasi, apakah ada kontraksi aksesori otot inspirasi yaitu M. sternocleidomastoideus,dan apakah supraklavikula retraksi?

5.      Bentuk dada
Dari posisi garis tengah belakang pasien, perhatikan bentuk dada dan  bagaimana pergerakan dada.
Deformasi chest :
a.       Barrel chest
Sirkumferensia upper chest lebih besar dari lower chest, sternum menonjol keluar dan diameter anteroposterior chest lebih besar dari norma umumnya kibat pasien COPD yang bernafas dengan upper chest.
b.      Pectus excavatum (funnel chest)
Bagian lower sternum tertekan kedalam di ikuti oleh lower costa yang melebar keluar (samping). Hal ini akibat pasien bernafas dengan diagrafma, abdominal menonjol keluar dengan gerakan upper chest yang kecil selama respirasi.
c.       Pectus carinatum (pigeon Breast)
Disebut juga dada burung, diameter upper chest bertambah sternum bengkok dan menonjol keluar (anterior).

6.      Simetris postur
Observasi dari anterior, posterior dan lateral dan catat deformasi misalnya scoliosis dan kyphosis, apakah menghambat gerakan rib.

C.     Pemeriksaan Khusus
1.      Vital sign
Cek sebelum, selama dan sesudah terapi :
a.       Tekanan darah (Blood Pressure)
Setiap kontraksi  dari jantung tekanan arteri meningkat dan biasa disebut tekanan systole. Selama fase rileksasi dari jantung tekanan arteri  menurun dan biasa disebut tekanan diastole. BP adalah recorded as systolic/ diastolic pressure. BP Normal pada orang dewasa adalah antara :95/ 60 dan 140/ 90 mmHg

b.      Denyut nadi (Heart rate)
Pemeriksaan frekuensi dan ritme nadi. Dapat  dilakukan dengan meraba Arteri (Radialis, Brachialis, Temporalis, Carotis komunis, Axillaris, Inguinalis, Poplitea dan dorsum Pedis) selama 15 detik untuk  pasien rawat jalan, 30 detik untuk pasien rawat inap dan 1 menit untuk pasien ICU. Untuk orang dewasa normal: 60-100x/ mnt. Jika <60 disebut bradycardia, >100 disebut tachycardia.
c.       Pernafasan (Respiration Rate)
Pengukuran RR dapat dilakukan bersamaan dengan  pengukuran HR agar mendapatkan hasil yang lebih akurat dan objektif. Nilai normal pada orang dewasa: 12-16x/ mnt. <20 : Tachypnoea dapat terjadi pada metabolic acidosis dan anxiety. <10 : Bradypnoea dapat terjadi pada depresi CNS akibat narkotik atau trauma.
d.      Suhu (Body Temperature)
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan melalui oral, aural, rectal dan axillar, namun metoda yang paling akurat adalah dengan melakukan melalui oral. Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan akurat, 15 menit sebelum melakukan pengukuran pasien dilarang merokok atau mengkonsumsi  makanan/minuman panas atau dingin. Normal: 36.5 – 37.5 derajat.

2.      Pola Nafas
a.       Kecepatan, regular, local respirasi di catat saat rest dan aktivitas. Kecepatan normal inspirasi dan ekspirasi = 2 : 1. Normal inspirasi : diafragma kontraksi area apigastic area apigastric naik, lateral costa expansi naik, lateral dank e samping lalu upper chest naik.

b.      Individu sehat
Otot leher (accessory inspirasi) hanya bekerja bila terjadi deep inspirasi.

Pola nafas abnormal adalah
·         Dysnea ;  nafas pendek dan sulit .
·         Tachypnea ; cepat, dangkal (TV menurun tetapi  kecepatan meningkat) .
·         Hyperventilasi ; Nafas cepat dan dalam ( TV dan kecepatan respirasi meningkat ) .
·         Orthopnea ;  Sulit bernafas posisi lying.
·         Apnea ; Nafas berhenti dalam phase expirasi .
·         Apneusis ; Nafas berhenti dalam phase Inspirasi .
·         Chyne – Stokes ; Suatu siklus bertahap TV meningkat  lalu bertahap TV menurun lalu apnea  à pasien dgn Head Injury berat .

3.      Mobilitas thorax (chest)
Gerakan simestris chest dilakukan dengan kedua tangan diatas chest pasien dan periksa pengembangan tiap bagian chest selama inspirasi dan expirasi. Dilakukan dengan cara :
a.       Dengan  palpasi
1.      Expansi upper lobus
Pasien lying, kedua thumb di mid sternal line sternal notch, ari-jari extensi di atas kedua clavicula, pasien full expirasi lalu deep inspirasi.
2.      Expansi middle lobus
Pasien lying, kedua ujung thumb di pracessus xyphoideus dan jari-jari di extensikan ke lateral costa, pasien full expirasi lalu deep inspirasi.
3.      Expansi lower lobus
Pasien sitting, kedua ujung thumb du medulla spinalis (sejajar lower costa) dan jari-jari diekstensikan sejajar costa, pasien ekspirasi full lalu deep inspirasi.
4.      Selama pasien full expirasi dan inspirasi, cek apakah gerakan chest simetris atau tidak.

b.      Dengan meteran
Pengembangan chest dapat juga du ukur dengan  meteran pada 3 tempat  yaitu  Upper lobus : axilla, middle lobus : processus xipoid dan lower lobus : subcostal. Dilakukan dengan meletakkan meteran secara melingkar antara axilla, processus xipoid dan subcosta, dengan ujung berada pada pertengahan dada. Dimulai saat pasien full expirasi lalu deep inspirasi, catat hasil penambahan pengembangan chest.



4.      Fremitus
Vocal (tactile) fremitus adalah getaran lembut yang dapat dipalpasi oleh therapist di atas dinding chest saat pasien berbcara. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa kualitas jaringan di bawahnya.
Teknik :
Letakkan kedua telapak tangan dengan lembut diatas dinding chest lalu anjurkan pasien mengucapakan beberapa kata atau 99 (ninety nine) beberapa kali bersamaan keduan telapak tangan digeser dari upper lobus sampai lower lobus paru-paru.
Teknik lain juga dapat dilakuan dengan menggunakan sisi ulna dari lengan bawah dengan anjuran seperti diatas. Normalnya, fremitus akan terasa lembut yang sama pada dinding dada akibat adanya getaran suara saat pasien berbicara,
Fremitus yang meningkat tanda adanya sekresi di airway dan fremitus yang menurun atau absent (hilang) tanda udara terlambat akibat obstruksi airway.

5.      Nyeri dinding dada
a.       Nyeri dinding dapat dipalpasi diarea dinding anterior, posterior dan lateral.
b.      Dilakukan dengan menekan lembut tiap area dinding dada lalu anjurkan pasien untuk inspirasi dalam kemudian tanyakan pada pasien dimana terasa paling nyeri.
c.       Nyeri dinding dada akan meningkat sering terjadi saat ditekan langsung atau dipalpasi selama pasien inspirasi dalam. Nyeri dinding dada akibat angina tidak berubah bilas di palpasi.

6.      Posisi  trachea
a.    Normalnya, posisi trachea berada di tengah dekat strena notch dan akan berubah bila ada tekanan yang tidak simetris dari intrathoracal atau volume paru-paru. Misalnya : post operasi  Pneumonectomy akan menurunkan volume paru-paru pada area dinding dada samping operasi sehingga trachea akan bergeser ke samping operasi sebaiknya pada pasien Hemothorax tekanan intrathoracal akan meningkatkan pada area sakit sehingga mediastinum terdesak dan mendorong trachea kesisi dinding dada.

b.    Prosedur
·         Tempatkan pasien duduk dengan kepala posisi netral (mid-line) dengan leher sedikit fleksi untuk merilekskan otot sternocleidomastoideus.
·         Ujung jari tengah atau telunjuk dengan gentle (lembut) menekan atau palpasi jaringan lunak (soft tissue) tiap samping trachea di area sterno notch.
·         Tentukan apakah trachea dapat di palpasi tetap di mid-line sterno atau telah bergeser ke kiri atau kanan.

7.      Perkusi
Yaitu suatu teknik pemeriksaan ketukn atau pukulan dengan jari-jari tangan yang dilakukan untuk memeriksa atau evaluasi penekanan paru-paru khususnya ratio udara dalam paru-paru.

a.    Prosedur
·         Tempatkan  jari  tengah lurus di antara space intercosta dan ujung jari tengah tangan yang lain mengetuk pelan jari yang di intercosta tersebut. Prosedur atau ketukan diulang beberapa kali pada beberapa tempat dibagian area kiri dan kanan pada anterior dan posterior dinding dada.
·         Bunyi resonant(normal): bervariasi bergantung ketbalan jaringan di bawahnya
·         Bunyi dull(datar) apabila terjadi peningkatan ketebalan jaringan yang berlebihan dalam paru-paru dibandingkan dengan udara, misalnya tumor, atau konsolidasi cairan
·         Bunyi hiperesonanse atau tymfani jika jumlah udara melebihi normal dalam paru-paru , misalnya pasien emfisiema
·         Jika ditemukan bunyi yang tidak simetris kanan dan kiri dicatat kemudian pasien harus konsultasi ke dokter untuk melakakuakn tes objektif misalnya X-Ray.

8.      Aulkultasi
Adalah suatu tekhnik pemeriksaaan dengan mendengar bunyi nafas menggunakan stateskop untuk evaluasi paru-paru.
a.       Bunyi nafas normal dan abnormal terjadi akibat gerakan udara pada dinding airway (jalan nafas) selama inspirasi dan ekspirasi(sistem respirasi)
b.      Bunyi nafas diidentifikasikan untuk mengetahui :
·         Area paru-paru yang mengalami hambatan berat dan area letak sputum untuk menentukan posisi  postural  darainase akan dilakukan.
·         Untuk menentukan apakah postural drainase efektif atau tidak
·         Untuk menentukan apakah paru-paru telah bersih ayau belum dan apakaah postural drainase dilanjutkan atau dihentikan.
c.       Prosedur

·         Posisi pasien duduk comfortable dan rileksasi lalu memakai stateskop, dan tempatkan  stateskop  langsung diatas kulit anterior dan posterior  dinding dada pasien.
·         Stateskop digerakkan dengan pola simetris (S) pada dinding dada anterior  dan posterior lalu posisi lateral dinding dada setinggi T2,T6,T10  
·         Anjurkan pasien inspirasi dalam melalui hidung lalu ekspirasi melalui  mulut beberapa kali dan bersamaan dengan itu terapis menggerakkan statskop pada tiap titik pada dinding dada anterior dan posterior
·         Evealuasi: catat kualitas dan intensitas bunyi akhir pernafasab apakah normal atau abnormal.
d.      Bunyi nafas normal diklasifikasikan bergantung pada Tracheal, bising dan keras yang terdengar hanya diatas trakea dengan kualitas bunyi saat inspirasi dan ekspirasi
9.      Batuk dan sputum
a.       Batuk
Batuk dapat dibagi menjadi patologis dan fisiologis. Batuk fisiologis adalah batuk yang terjadi ebagai pelindung tubuh yang terjadi secara refleks bila ada benda asing yang masuk ke dalam airway.
Batuk patologis adalah batuk yang merupakan gejala umum yang dapat timbul pada semua penyakit sistem respirasi. Batuk yang efektif adalah batuk yang tajam, kuat, dan disertai pengeluaran sputum, bila di paru-paru ada sputum.
Pasien penyakit respirasi, batuk dapat berubah menjadi superficial, lemah, dangkal, kering atau basah dan bila batuk total tidak efektif sedang sputum banyak terdapat pada airway maka ‘suction’ adalah indikasi untuk diberikan.
b.      Sputum
Adalah sekresi hasil produksi mukosa airway yang berlebihan lalu dikeluarkan dan disebut sputum. Produksi sputum melebihi seratus mil dalam 24 jam adalah abnormal(flenley,1981) yang perlu dievaluasi pada sputum adalah :
·         Warna: (jernih, kuning, hijau campur darah),  s
Ø  sputum jernih: normal
Ø  kuning atau kehijauan : infeksi
Ø  sputum campur darah: bronchestasis, TBC, bronchitis chronic
·         konsistensinya: apakah encer, kenatal atau berbusa
D.    pemeriksaan tambahan
pemeriksaan tambahan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien saat dilakukan terapi.




Pemeriksaan tambahan:
1.      ROM
Utamanya shoulder dan trunk , gangguan ROM dapat disebabkan oleh kelelahan , kelemahan , kontraktur, nyeri, atau posisi ang menetap dalam jangka waktu yang lama.
2.      Muscle strength
Penggunaan otot yang berlebihan (overuse) dapat menyebabkan kelelahan yang kahirnya terjadinya kelemahan otot
3.      General endurance
Endurance akan menurun akibat terjadinya dispnea yang menyebabkan kekurangan oksigen.
4.      Penggunaan alat bantu pernapasan misalnya ventlator, bantuan oksigen atau canula tracheastomy.
5.      Evaluasi gas darah, foto, tes fungsi paru-paru, tes excercices, tes laboratorium, kadang juga diperlukan sebagai pelengkap atau menjadi bagian penting dalam pemeriksaan paru-paru.
E.     Modalitas dan teknik penatalaksanaan nfisioterapi penyakit respirasi
1.      Breating exercise
Breating exercise adalah latihan pernapasan yang selalu menjadi preriotas utama dalam program pengobatan fisioterapi pasien penyakit paru-paru, baik akut maupun kronik. BE ditujukan untuk melatih kekuatan otot-otot respirasi, memperbaiki ventilasi, mngurangi kerja pernafasan, memperbaiki pergantian udara dan oksiden dan bersama dengan aktif ROM exercise pada shoulder dan trunk. Akan dapat membantu dengan thoraks, memudahkan nafas dalam serta meransang reflex batuk.
Hasil penelitian memindikasikan bahwa walaupun BE dapat mempercepat ventilasi dan ventilasi yang dalam akan tetapi tidak mempengaruhi pergantian udara (gas) dan oksigen di alveoli. Oleh karena itu, BE hanya bagian program fisioterapi yang ditujukan untuk memperbaiki status paru-paru, memperbaiki endurance dan fungsi ADL.


1.      Indikasi BE :
a.       Penyakit paru-paru atau kronik 
-          Chronic Obstructive Lung Disease
-          Pneumonia
-          Atelectasis
-          Pulmonary Embolism
-          Akut Respiratory Disease

b.      Nyeri thoraks atau abdominal akibat operasi atau trauma
c.       Obstruksi sekunder airway akibat bronchospasma atau sekresi
d.      Gagguan system saraf pust yang menyebabkan kelemahan otot :
-          High Spinal Cord injury
-          Penyakit progresif myopatic atau penyakit neuropatik baik akut mapun kronik
e.       Penyakit ortopedik yang berat seperti : scoliosis dan kiposis yang mengganggu respirasi.
f.       Manajemen stess dan prosedur respirasi

2.      Tujuan BE:
a.       Memperbaiki ventilasi
b.      Meningkatkan efektifitas mekanisme batuk
c.       Memcegah kerusakan paru-paru
d.      Memperbaiki kekuatan, endurance, dan koordinasi otot respirasi
e.       Memelihara atau memperbaiki mobilisasi thoraks dan spine.
f.       Memperbaiki rileksasi
g.      Memperbaiki pola nafas yang tidak efektif.
h.      Mengajarkan pasien bagaimana menghadapi serangan sesak nafas.
i.        Memperbaiki kapasitas fungsional.

3.      Prinsip umum mengajarkan breating exercise
a.       Jika mungkin, pilih tempat yang tenang agar komunikasi dengan pasien tidak terganggu.
b.      Jelaskan pada pasien tujuan rasional BE utama berkaitan dengan penyakitnya
c.       Tempatkan pasien posisi confortable dan rileks serta longgarkan pakaian yang menghambat.
d.      Tentukan ada atau tidak indikasi latihan.
e.       Tentukan prioritas program penekanannya, apakah inspirasi atau ekspirasi BE.
f.       Tentukan pemeriksaan yang dipakai untuk menentukan perubahan hasil terapi.
g.      Jika dibutuhkan ajarkan pasien teknik rileksasi upper thoraks, neck, dan shoulder untuk mengurangi penggunaan aksesori muscle respirasi.
h.      Perlihatkan cara pola nafas.
i.        Jika pasien telah mampu mempraktekan teknik BE ini dengan benar maka variasi latihan dapat dilakukan baik sedang istrahat maupun aktivitas.

4.      Jenis dan metode pelaksanaan Breating Exercise
a.       Breating Control
Adalah bagian dari teknik pernapasan normal dengan usahayang dikeluarkan minimal dengan BE yang penekanannya setiap inspirasi unruk meningkatkan expansi thoraks atau  ekspirasi dengan penekanan pada  “Huff” dari teknik forced expirasion.
Teknik pelaksanaan
·         Siting atau hing side lying; posisi confortable dengan di sanggah bantal.
·         Pasien di anjurkan merileksasikan upper chest, shoulder dan kedua lengan bila focus di lower chest.
·         Satu tangan pasien atau FT diletakkan di atas upper abdomen area epigastrik.
·         Saat inspirasi tangan merasakan gerakan abdomen keluar dan keatas dan saat ekspirasi tangan merasakan gerakan abdomen mengempis turun ke posisi awal.
·         Fase inspirasi adalah aktif dan fase ekspirasi pasif serta tidak bersuara saat inspirasi dan ekspirasi.
·         Inspirasi melalui hidung untuk dihangatkan, dilembabkan dan disaring sebelum mencapai upper airway.
·         Kemudian jika hidung tersumbat maka bernafas boleh melalui mulut untuk mengurangi tahanan aliran udara dan akan mengurangi kerja pernafasan.
·         Pada pasien yang sesak nafas yang berat, bernafas melalui mmulut akan mengurangi “anatomival death space”.
·         Bebrapa pasien utamanya obstruksi kronik sebara reflex menggunakan purset breating sehingga memperkecil tekanan positif selama ekspirasi dan mengurangi luasnya collaps pada airway yang tidak stabil.
·         Purset lip breating yang di praktekkan pasien ini secara reflex akan meningkatkan kerja pernafasan utamanya saat aktivitas berat sehingga banyak pasien tidak lama menggunakan cara tersebut karena membuatnya lelah.
·         Posisi yang optimal dalam BC adalah bila bagian central otot diagrafma bebas bergerak turun melebar saat inspirasi.
·         Duduk atau berdiri dengan badan condong ke depan menyebabkan isi abdomen mendorong naik bagian anterior diagrafma sehingga memudahkan kontraksi saat inspirasi.
·         Efek yang sama bisa terjadi dengan posisi side lying dan high side lying oleh karena kurva diagrafma akan bergerak ke atas.
·         Bila dikombinasi dengan retraksi kepala, nekc dan shoulder akan menambah efek BC, karena adanya peningkatan volume paru-paru.
·         Beberapa pasien dengan sesak nafas berat sangat bermanfaat menggunakan metode BC utamanya posisi high side lying karena posisi rileks pada upper chest dan shoulder yang akan diikuti gerakan lower chest dan abdomen akan dapat menghindari terjadinya penggunaan upper chest yang berlebihan.
·         Untuk mendapatkan rileksasi maksimal kepala, leher, dan upper chest maka leher harus di fleksikan dan disanggah dengan bantal bersama dengan shoulder dan kepala.

b.      Diagrafma breating
Bertujuan untuk meperbaiki efiseiensi ventilasi, mengurangi kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diagrafma, memperbaiki pertukaran gas dan O2 dan mobilisasi sekresi paru-paru selama Postural drainage.
Procedure :
·         Posisikan pasien rilkes dan confortable (semi sitting atau semi fowler’s) lalu evaluasi pola nafas serta tunjukkan dan ajarkan metode diagrafma breating yang benar.
·         Tempatkan satu atau kedua tangan diatas rectus abdominis dibawah anterior costal margin.
·         Anjurkan pasien Deep inspirasi dan perlahan melalui hidung diikuti abdomen  digembungkan .  Paisen  menjaga shoulder rilek dan   upper chest diam
·         Kemudian anjurkan pasien  mengeluarkan nafas dengan perlahan  dan ekspirasi terkontrol
·         Pasien mempraktekkan  3 – 4 kali lalu Rest , hindari Hyperventilasi 
·         Pasien menempatkan kedua tangannya diatas costal margin dan merasakan gerakannya.  Tangan pasien  naik selama inspirasi  dan turun saat expirasi. Tangan  ini juga merasakan kontraksi  abdomen  saat batuk atau mengontrol expirasi
·         Setelah pasien mengerti dan mampu menggunakan Diaphragm Breath
·         Ini  maka anjurkan inspirasi dengan melalui hidung dan expirasi melalui  mulut .
·         Praktekkan  Diaphragma BE ini dalam berbagai posisi (Sitting , Standing ) dan selama aktivitas  (berjalan dan naik / turun tangga),

2.      Chest Mobilization Exercise
Adalah latihan kombinasi kombinasi antara Active movement trunk atau extremitas dengan deep breathing . tujuannya untuk memelihara atau memperbaiki mobilitas dinding chest , trunk dan   Shoulder akibat gangguan respirasi, memperkuat  khususnya Deep Inspirasi dan Control Expirasi.
Teknik ;
a.       To Mobilize One Side Of the Chest (Mobilisasi satu samping dinding dada)
·         Sitting à pasien membengkokkan chest kesamping sehingga terjadi penguluran dan expansi samping berlawanan selama Inspirasi.
·         Kemudian pasien meletakkan genggaman tangan disamping chest lalu bengkokkan chest kelateral kearah genggaman tangan sambil expirasi.
·         Tingkatkan  latihan ini dengan menempatkan tangan lebih tinggi

b.      To Mobilize the Upper Chest and Stretch the Pectoralis Muscle
Teknik :
·         Pasien Sitting di kursi dengan tangan dibelakang kepala , kedua tangan posisi abduksi horizontal selama selama Deep Inspirasi.
·         Instruksikan pasien membungkuk kedepan bersama elbow lalu expirasi. 

c.       To Mobilize Upper Chest and Shoulders
Pasien Sitting ; kedua lengan fleksi 180 derajat  ketika Inspirasi, lalu badan bengkok kearah Hip dan tangan menyentuh lantai sambil ekspirasi.

d.       To Increase Expiration during Deep Breathing
Pasien Inspirasi dalam Posisi Hook-Lying  (Hip dan Knee sedikit fleksi. Instruksikan pasien membengkokkan lutut ke arah chest  selama expirasi  (satu persatu untuk mencegah LBP). Hal ini akan mendorong isi Abdomen superior ke arah Diaphragma untuk membantu Expirasi.        


Tidak ada komentar:

Posting Komentar