Minggu, 08 Oktober 2017

Jatuh pada lansia??? Skala morse jatuh

JATUH
a.     Pengertian jatuh
Masalah yang sering dijumpai pada lansia adalah jatuh. Jatuh merupakan kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring, terduduk dilantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Azizah,M,L, 2011).
b.    Faktor Risiko Jatuh
Untuk lebih dapat memahami faktor risiko jatuh, harus dimengerti betul bahwa stabilitas badan itu ditentukan atau dibentuk oleh:
1)        Sistem sensorik
Pada sistem ini yang berperan di dalamnya adalah penglihatan dan pendengaran. Semua gangguan pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan. Begitu pula semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran.
2)        Sistem Saraf Pusat
Penyakit  sistem saraf pusat seperti : stroke dan parkinson, sering diderita oleh orang lansia dan menyebabkan gangguan fungsi Sistem Saraf Pusat sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik.
3)        Kognititf
Pada beberapa penelitian, dimensia diasosiasikan dengan meningkatnya risiko jatuh.
4)        Musculoskeletal
Faktor ini betul- betul berperan besar terjadinya jatuh terhadap lansia. Gangguan musculoskeletal  menyebabkan gangguan jalan dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis, misalnya kekakuan jaringan penghubung, berkurangnya massa otot, perlambatan konduksi saraf, dan penurunan lapang pandang.
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan bergerak, langkah yang pendek-pendek, penurunan irama, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan cenderung gampang goyang, susah mengantisipasi bila terjadi gangguan, seperti terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga mudah jatuh.
Secara singkat faktor risiko jatuh pada lansia dapat digolongkan menjadi:
1)      Faktor intrinsik, anatara lain :
a) Gangguan jantung dan sirkulasi darah. b) Gangguan sistem anggota gerak, misalnya : kelemahan anggota gerak bawah dan kekakuan sendi. c) Gangguan sistem susunan saraf, misalnya neuropati perifer. d) Gangguan penglihatan. e) Gangguan psikologis. f) Pengaruh obat-obatan yang dipakai, misal: diazepam, antidepresi, dan antihipertensi. g) Vertigo. h) Arthritis lutut. i) Sinkope dan pusing. j) Penyakit-penyakit sistemik.
2)   Faktor ekstrinsik, antara lain :
a) Cahaya ruangan yang kurang terang. b) Lantai yang licin. c) Tersandung benda- benda. d) Alas kaki tidak pas.
Untuk mengetahui apakah lansia tersebut memiliki risiko jatuh dapat dilihat melalui pemeriksaan skala jatuh dengan menggunakan morse scale (Primaris health care solutions, 2008). Pada penelitian Procedia - Social and Behavioral Sciences dihasilkan bahwa penggunaan skala morse untuk mengetahui risiko jatuh pada lansia dinilai tepat (Cruz, S, et al, 2016).
Standar penilaian risiko jatuh
Tingkatan risiko
Nilai MFS
Tindakan
Risiko rendah
0-24
Perawatan dasar
Risiko sedang
25-50
Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar
Risiko tinggi
>51
Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi
Tabel.3.1.Nilai risiko jatuh
Sumber: Cruz, S, et al, 2016
3)   Patofisiologi jatuh pada lansia.
Lansia terjadi penurunan input sensoris, perlambatan respon motoris, serta adanya keterbatasan kondisi musculoskeletal. Kurangnya aktifitas fisik akan semakin menurunkan kemampuan fisik lansia. Buruknya kemampuan otot postural dalam menopang tubuh akan menyebabkan keseimbangan statis pada lansia mengalami penurunan. Dengan adanya perubahan tersebut tentunya akan berpengaruh pada keadaan postural dan kemampuan lansia dalam menjaga keseimbangan tubuhnya terhadap bidang tumpu. Kondisi kemampuan visual, vestibular dan somatosensoris tentunya akan memperburuk keseimbangan pada lansia. Tubuh akan mengalami gangguan dalam mempersepsikan base of support atau landasan tempat berpijak.
Kondisi musculoskeletal yang mengalami penurunan juga berpengaruh pada kemampuan otot dan postural. Perubahan postur tersebut berpengaruh pada perubahan Center Of Gravity (COG) tubuh terhadap bidang tumpu. Otot-otot baik ekstremitas bawah maupun atas akan mengalami penurunan kekuatan. Akibat dari keadaan tersebut lansia sering mengalami ganggguan keseimbangan saat berdiri dan rentan untuk jatuh (Aizen, E & Zlotver, E, 2013).
4)   Perubahan fisiologis yang berhubungan dengan usia yang merupakan predisposisi jatuh.

Mata, menurunnya kapasitas akomodasi, penglihatan dekat (presbiopia), ketajaman penglihatan, penglihatan malam, penglihatan perifer, toleransi terhadap cahaya silau, dan penglihatan warna. Telinga, gangguan diskriminasi tutur, meningkatnya ambang nada murni, pengumpulan kotoran telinga yang berlebihan. Sistem saraf, waktu reaksi yang pendek, menurunnya kesadaran sensorik untuk perabaan ringan, vibrasi dan temperatur, meningkatnya ayunan tubuh, gangguan refleks tegak (Sethiabudi,T, 2012).
MORSE FALL SCALE (MFS)/ SKALA JATUH DARI MORSE


Nama Lansia  :
Umur               :
Tanggal           :


NO

PENGKAJIAN

SKALA

NILAI
KET.
1.
Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh

Tidak

0




dalam 3 bulan terakhir?


Ya

25














2.
Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki

Tidak

0




lebih dari satu penyakit?


Ya

15














3.
Alat Bantu jalan:









- Bed rest/ dibantu perawat




0




- Kruk/ tongkat/ walker




15




- Berpegangan pada benda-benda di sekitar



30




(kursi, lemari, meja)








4.
Terapi Intravena: apakah saat ini lansia

Tidak

0




terpasang infus?


Ya

20














5.
Gaya berjalan/ cara berpindah:








- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat



0




bergerak sendiri)









- Lemah (tidak bertenaga)




10




- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret)



20














6.
Status Mental










- Lansia menyadari kondisi dirinya



0




- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat



15


















Total Nilai

















Pemeriksa







(

)


Keterangan:
















Tingkatan Risiko
Nilai MFS


Tindakan











Tidak berisiko
0 - 24
Perawatan dasar










Risiko rendah
25 - 50
Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar





Risiko tinggi
51
Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi












Tidak ada komentar:

Posting Komentar