Keterlambatan perkembangan (development
delayed) adalah ketertinggalan secara signifikan pada fisik, meliputi
aktifitas merangkak, duduk, berdiri dan berjalan pada pasien bila dibandingkan dengan pasien
normal seusianya.Seorang pasien dengan kondisi development delayed akan tertunda dalam mencapai satu
atau lebih perkembangan kemampuannya. Seorang pasien dengan development
delayed adalah pasien yang tertunda
dalam mencapai sebagian besar hingga semua tahapan perkembangan pada usianya.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya keterlambatan perkembangan pasien yaitu faktor internal
meliputi faktor keturunan dan faktor kondisi pasien dan faktor eksternal
meliputi kelahiran, gizi dan psikologis.
Fisioterapi pada kasus development
delayed berperan dalam meningkatkan kemampuan fungsional agar pasien mampu
hidup mandiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap orang lain (Shapherd,
1995).
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan
Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kasus
2. Desain
Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan
interview kepada orang tua pasien dan observasional pada seorang pasien dengan
kondisi development delayed.
Desain
penelitian digambarkan sebagai berikut :
Keterangan
:
A : Keadaan pasien sebelum diberikan program fisioterapi
B : Keadaan pasien setelah diberikan program fisioterapi
C : Program Fisioterapi
Permasalahan yang timbul sebelum pasien menjalani program
Fisiolterapi adalah pasien hipersensitif, mengalami kelemahan tonus postural,
pasien mengalami keterlambatan perkembangan berupa belum bisa jongkok ke
berdiri dan berjalan serta gangguan aktifitas fungsional, kemudian pasien di
bawa ke fisioterapi untuk menjalani program terapi. Sebelumnya pasien menjalani
pemeriksaan fisioterapi yaitu berupa sensitifitas dengan skala sensoris,
kelemahan tonus poaturan dengan skala XOTR, keterlambatan perkembangan dengan
DDST, dan gangguan sktifitas fungsional dengan GMFM. Setelah melakukan
pemeriksaan didapatkan permasalahan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional,
oleh fisioterapi pasien diberikan modalitas fisioterapi berupa terapi latihan
metode play exercise. Dengan
pemberian modalitas tersebut diharapkan adanya peningkatan pada kapasitas fisik
dan kemampuan fungsional.
Instrument Penelitian
1.
Sensitifitas diukur dengan skala sensoris
Yaitu pemeriksaan dengan menggunakan skala sensoris
Tabel 1 Pemeriksaan Sensoris
No.
|
Sensori
|
Me-ngenal
|
Mem-bedakan
|
Asosiasi
|
1.
|
Visual
|
+
|
+
|
±
|
2.
|
Auditory
|
+
|
+
|
±
|
3.
|
Touch
|
+
|
+
|
±
|
4.
|
Smell
|
+
|
+
|
±
|
5.
|
Taste
|
+
|
+
|
±
|
6.
|
Tactile
|
+
|
±
|
±
|
7.
|
Propioceptive
|
+
|
±
|
±
|
8.
|
Vestibular
|
+
|
-
|
-
|
Dengan kriteria nilai (+) ada, (-) tidak ada, (±)
kadang ada kadang tidak
2.
Kelemahan tonus posturan dengan skala XOTR
Yaitu pengukuran pada semua anggota gerak badan
termasuk ekstremitas atas dan ekstremitas bawah dengan kriteria penilaian
sebagai berikut :
X :kekuatan otot normal
O : tidak ada kontraksi otot
T : ada kontraksi otot dan sedikit gerakan
R : terdapat reflek
3.
Keterlambatan perkembangan dengan DDST
Suatu metode screening pada kelainan perkembangan pasien, dengan
prosedur pemeriksaan sebagai berikut :
a.
Menetapkan umur kronologis pasien
terlebih dahulu, dengan menanyakan tanggal lahir pasien yang akan diperiksa.
Dengan menggunakan patokan 1 bulan sama dengan 30 hari, 12 bulan dalam satu
tahun.
b.
Apabila dalam perhitungan umur
kurang dari 15 hari maka dibulatkan ke bawah, namun jika sama dengan atau lebih
dari 15 hari maka dibulatkan ke atas.
c.
Tarik garis berdasarkan umur
kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir
DDST.
Selanjunya dihitung pada
masing-masing sektor, berapakah nilai ‘P’ dan nilai ‘F’.
Tabel 2 Pemeriksaan DDST
4.
Aktifitas fungsional dengan GMFM
Pemeriksaan
gross motor bertujuan untuk mengetahui kemampuan pasien melakukan gerakan-gerakan seperti terlentang, terlungkup, berguling (rolling), merayap
(crawling), duduk (sitting), merangkak, bertumpu pada lutut (kneeling) dan berdiri (standing)
Yang perlu diperhatikan
antara lain:
a.
Mampukah pasien melakukan gerakan-gerakan tersebut
diatas sesuai dengan tingkat kemampuan usianya.
b. Cara
pasien melakukan gerakan tersebut diatas, normal atau tidak.
c. Ada
tidaknya gerakan kompensasi yang mungkin timbul.
d. Ada
tidaknya sesuatu yang menghambat gerakannya.
Prosedur Pengambilan Data
a. Pemeriksaan fisik
Bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik pasien.
Pemeriksaan ini terdiri dari : vital sign, inspeksi, palpasi, pemeriksaan
gerakan dasar, kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas.
b. Interview
Metode ini dilakukan untuk mengumpulkan data dengan
jalan Tanya jawab antara terapis dengan sumber data.
c. Observasi
Dilakukan untuk mengamati perkembangan pasien sebelum
terapi, selama terapi dan sesudah diberikan terapi.
Obyek yang dibahas
1. Sensitifitas
sensoris
Pemeriksaan sensoris adalah suatu pemeriksaan pada
kemampuan pasien dalam menerima suatu rangsangan yang terdiri dari : (a) visual
yaitu penglihatan, (b) auditori yaitu pendengaran, (c) touch yaitu sentuhan,
(d) smell yaitu kemampuan mencium aroma, (e) taste yaitu kesadaran, (f) taktile
yaitu respon tekanan, (g) proprioceptive yaitu pengenalan sendi dan (h) vestibular
yaitu keseimbangan
2. Tonus
postural
Dalam menentukan
tonus postural,
tidak hanya menggunakan gerakan aktif atau pasif, melainkan dengan mengamati
reaksi postural. Dengan cara ini kita dapat sekaligus melihat sejauh mana tonus
abnormal tersebut menganggu gerakan atau aktivitas serta bagian mana yang lebih
di prioritaskan.
Adapun kualitas
tonus otot dapat berupa:
a.
Hypotonus, normal, hypertonus
b.
Ekstensor / fleksor lebih dominan
c.
Jenis spastik, athetoid, ataksia atau
campuran.
3. Tumbuh
kembang
Pertumbuhan dan perkembangan adalah mencakup dua aspek
yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan, sedangkan
definisinya adalah sebagai berikut :
a.
Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bias diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter) , umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium
dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih,2005).
b.
Perkembangan
(development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diperhitungkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih,2005) .
4. Aktivitas
Fungsional
Pemeriksaan
aktivitas fungsional disesuaikan dengan kemampuan pasien dan dilakukan untuk
menilai seberapa besar tingkat kemandirian pasien, apakah pasien dapat
melakukan aktivitas sehari-harinya secara mandiri, dibantu sebagian atau
sepenuhnya.
Untuk melakukan pemeriksaan ini dapat
digunakan Gross Motor Function
Measurement (GMFM).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sensoris
Yaitu kemampuan tubuh dalam menginterprestasikan
kondisi di sekitar dengan menggunaka indra yang dimiliki oleh tubuh sedangkan
gangguan sensoris suatu gangguan dimana terjadi peningkatan ambang rasa atau
kemampuan pada system sensoris tubuh sehingga mengakibatkan beberapa indra pada
tubuh mengalami peningkatan kemampuan dan hal tersebut dapat menjadi suatu
problematika pada seseorang. Gangguan sensoris pada pasien ini adalah pasien
mengalami hipersensitif pada rangsangan sentuhan sehingga pasien akan
menolak jika disentuh tubuhnya terutama
pada area kepala.
Tabel 2 Evaluasi
Sensoris
TERAPI
|
VISUAL
|
AUDT.
|
TOUCH
|
SMELL
|
TASTE
|
TACTL
|
PROP.
|
VESTB.
|
|
MENGENAL
|
T1
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
T2
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
T3
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
T4
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
T5
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
T6
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
MEMBEDAKAN
|
T1
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
±
|
±
|
-
|
T2
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
±
|
±
|
-
|
T3
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
±
|
±
|
-
|
T4
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
±
|
±
|
-
|
T5
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
±
|
±
|
-
|
T6
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
±
|
±
|
-
|
ASOSIASI
|
T1
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
-
|
T2
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
-
|
T3
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
-
|
T4
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
-
|
T5
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
-
|
T6
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
±
|
-
|
2. Kelemahan
Tonus postural
Kelemahan tonus postural tampak pada paienusia bulan pertama tampak flacid (lemas)
dan berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang umur 1 tahun
barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan
berbaring tampak flacid dan
sikapnya seperti kodok terlentang, refleks otot
yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang khas ialah reflek
neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang
otak dan disebabkan oleh afiksia perinatal atau ikterus.
REGIO
|
T 1
|
T 2
|
T 3
|
T 4
|
T 5
|
T 6
|
Shoulder: Dekstra
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Sinistra
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Elbow: Dekstra
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Sinistra
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Wrist: Dekstra
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Sinistra
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
HIP: Dekstra
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Sinistra
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Knee: Dekstra
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Sinistra
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Ankle: Dekstra
|
T
|
T
|
T
|
T
|
X
|
X
|
Sinistra
|
T
|
T
|
T
|
T
|
X
|
X
|
Tanggal
|
31/5
|
3/6
|
5/6
|
7/6
|
10/6
|
12/6
|
Tabel
4 Evaluasi tonus postural (XOTR)
3. Keterlambatan
Tumbuh kembang
Keterlambatan
tumbuh kembang adalah
ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku,
emosi, atau perkembangan sosial seorang pasien bila dibandingkan dengan pasien
normal seusianya.Seorang pasien dengan development
delayed akan
tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya.
Tabel 5 Evaluasi DDST
TERAPI (TGL)
|
MOTORIK KASAR
|
BAHASA
|
MOTORIK HALUS
|
PERSONAL SOSISAL
|
T1 (31/5)
|
6 aspek
|
1
aspek
|
Normal
|
Normal
|
T2 (3/6)
|
6 aspek
|
1 aspek
|
Normal
|
Normal
|
T3 (5/6)
|
6
aspek
|
1
aspek
|
Normal
|
Normal
|
T4 (7/6)
|
6 aspek
|
1 aspek
|
Normal
|
Normal
|
T5 (10/6)
|
6
aspek
|
1
aspek
|
Normal
|
Normal
|
T6 (12/6)
|
6 aspek
|
1 aspek
|
Normal
|
Normal
|
|
|
|
|
|
|
Dimensi
|
T1
|
T2
|
T3
|
T4
|
T5
|
T6
|
Berguling
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
Merayap
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
Duduk
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
Berdiri
|
48.7 %
|
48.7 %
|
48.7 %
|
48.7 %
|
56.4%
|
56.4%
|
Berjalan
|
5.5%
|
11.1%
|
12.5%
|
15.3%
|
20.8%
|
20.8%
|
Score
|
354.2
5
= 70.8 %
|
359.8
5
= 71.9%
|
361.2
5
= 72.2%
|
364
5
= 72.8%
|
377.2
5
= 75.4%
|
377.2
5
= 75.4%
|
4. Aktivitas
Fungsional
Kemampuan fungsional adalah kemampuan dari pasien
untuk melakukan aktivitas sehari-harinya. Terganggunya aktivitas fungsional
oleh karena adanya kelemahan tonus postural sehingga pasien tidak mampu
melakukan aktivitasnya. Untuk mengetahui kemampuan fungsional dari pasien
digunakan GMFM. Gangguan pada kemampuan
fungsional pasien yaitu pasien tidak mampu berdiri sendiri dari posisi jongkok
dan tidak mampu benjalan secara mandiri. Dari tabel berikut ini dapat dilihat
adanya peningktan kemampuan fungsional pasien terutama pada kemampuan berdiri
dan berjalan.
Tabel 6 Evaluasi
GMFM
KESIMPULAN
Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa development delayed dapat mengakibatkan
munculnya berbagai permasalahan-permasalahan fisioterapi yaitu (1) hipersensitifitas,
(2) kelemahan tonus postural, (3) keterlambatan tumbuh kembang dan (4) gangguan
aktifitas fungsional, modalitas fisioterapi yang digunakan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut adalah terapi latihan dengan metode play exercise. Setelah dilakukan tindakan
fisioterapi sebanyak 6x terapi dengan menggunakan modalitas Terapi latihan
metode play exercise didapatkan hasil
: belum ada peningkatan pada kemampuan sensoris dan tumbuh kembanya namun
terdapat peningkatan tonus postural pada regio ankle yaitu dari T1 = T (ada
kontraksi dan sedikit gerakan) menjadi T6 = X (kontraksi dan gerakan
terkoordinasi) dan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional yaitu pada
dimensi berdiri dari T1 = 48,7% menjadi T6 = 56,4 % dan dimensi berjalan dari
T1= 5,5% menjadi T6=20,8%. Data –data tersebut menunjukan adanya perkembangan
pasien kea rah perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Chusid,
GJ. 1993; Neuro anatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional. Bagian
Pertama ( ditejermahkan dr. Andri Hartono). Gajah Mada University Press
Eckersley, Pamela M.(ed). 1993.Element of Paediatric Physiotherapy.
Longman Group UK Limited,New York
Haditono. 2004. Psikologi Perkembangan Anak Tiga
Tahun Pertama.
PT. Refika Aditama,Jakarta
Schimid.R.A. 1988. Motor
Control and Learning Behavioral Emphasis, Human Kinetics Publihers. Illionis (http// Jariono.blogspot.com/2010/02/peranan- motor-learning-dalam.html).
Shepherd, R.B. 1995. Physiotheraphy in Paediatrics.
Third Edition. Butterworth Heinmann, Oxford
Singgih, D
Gunarsah.1996. Psikologi Olahraga.
PT. BPK Gunung Mulia,Jakarta
Siobah, 2010. Ekstra
pyramidal dan pyramidal. Diakses : 16 Juni 2013,
http://siobahcruel.wordprwss.com/2010/03/29/ekstra-pyramidal-dan-pyramidal/
Soetjiningsih.
2005. Tumbuh Kembang Anak .Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Stock Kranowitz,
Carol. 2003. The Out-of-Sync Child Has Fun. The Berkley Publishing Group,New
York