Senin, 21 Juni 2021

FISIOTERAPI PADA PASIEN POST COVID 19 (LATIHAN KARDIORESPIRASI)

 FISIOTERAPI PADA PASIEN POST COVID 19

Akhir-akhir ini kita dibuat gempar akan hadirnya sebuah virus yang berbahaya, yakni virus corona (COVID-19). Virus corona adalah kelompok besar virus yang menyebabkan berbagai jenis penyakit, mulai dari batuk pilek hingga penyakit yang lebih parah seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Virus ini menimbulkan wabah yang dikenal dengan COVID-19, infeksi virus ini pertama kali dilaporkan di Wuhan, Cina, pada 31 Desember 2019 dan dapat menular antar manusia. Alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan oral (Wang et al., 2020). Virus ini awalnya ditularkan dari hewan ke manusia, namun kemudian diketahui bahwa virus ini dapat menular dari manusia ke manusia.

Virus ini menular lewat :
1. Terjadi kontak dekat dengan orang yang sudah terinfeksi, tidak sengaja menghirup percikan ludah dari batuk, bersin atau yang membuang ludah sembarangan.
2. Terjadi kontak dengan partikel virus yang terdapat di udara ketika penderita COVID-19 batuk atau bersin
3. Menyentuh benda-benda yang telah terkontaminasi oleh 2019-nCoV (contohnya, menyentuh gagang pintu yang di tempat umum serta pegangan di bus maupun kereta, tombol lift), lalu menyentuh area wajah seperti mata, hidung, atau mulut.

     COVID-19 ini sangat cepat penyebarannya dan dapat menular ke semua umur mulai dari bayi hingga lansia, lansia memiliki peluang besar untuk tertular dikarenakan lansia mengalami penurunan kapasitas fungsional hampir pada seluruh sistem tubuhnya, termasuk imunitas, sehingga rentan terhadap infeksi apapun. Ibu Isnaini Herawati, S.Fis., Ftr., M.Sc selaku Ketua Perhimpunan Fisioterapi Kardiorespirasi Indonesia (PAFKRI) mengungkapkan secara singkat patogenesis dari COVID-19 adalah SARS-CoV-2 masuk ke dalam sel melalui reseptor ACE-2 pada paru manusia, reseptor ini diekspresikan oleh sel epitel alveolar tipe I dan II. Diantara kedua sel ini 83% sel alveolar tipe II mengekspresikan ACE-2 sehingga sel ini merupakan target utama dari SARS-CoV-2. Masuknya virus ke reseptor menyebabkan ekspresi ACE-2 meningkat dan terjadinya kerusakan sel alveolar kemudian hal itu dilanjutkan terjadinya respon reaksi sistemik berat dan yang terakhir adalah terjadinya sepsis.

     Menghadapi Pandemi COVID 19, maka dibutuhkan peran kolaborasi dari tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya, sebagai bagian dari tenaga kesehatan fisioterapi memiliki peran penting dalam penanganan pasien dengan COVID-19. Fisioterapis berperan dalam aspek pencegahan (preventif), aspek penyembuhan (kuratif), serta aspek pemulihan dan pemeliharaan (rehabilitatif).


Prinsip-prinsip manajemen fisioterapi dalam penanganan masalah pernafasan adalah :
a. Pembersihan jalan nafas
b. Fasilitasi pembersihan secret/dahak
c. Memperbaiki integritas sendi, RPM (Relaxed Passive Movement), dan kekuatan otot
d. Mencegah komplikasi
e. Exercise dan mobilisasi dini

Karena, mereka melawati masa terburuk dari infeksi virus corona Covid-19, maka efeknya akan terasa pada fisiknya selama menjalani perawatan di kamar perawatan. Pasien akan mengalami kelelahan sama seperti orang yang berlari marathon, lalu pingsan dan kakinya tidak terlalu kuat. Sementara proses pemulihannya tergantung pada usia dan tingkat kebugarannya.Selain kesulitan berjalan, pasien virus corona Covid-19 yang sembuh juga bisa mengalami kabut otak dan kehilangan ingatan. Kondisi ini juga dialami oleh Rita Wilson, istri Tom Hanks yang gejalanya berupa sakit kepala.

Pasien virus corona Covid-19 mungkin tidak mengalami kekurangan oksigen selama menggunakan alat bantu ventilator. Karena, tubuh memprioritaskan oksigen ke otak, mematikan organ-organ lain terlebih dahulu sehingga tidak mungkin mengalami kerusakan permanen.

Tetapi, Dr Bharat Pankhania, seorang ahli penyakit menular telah memberi saran mengenai pandemi SARS dan Ebola sebelumnya yang menyebabkan kerusakan saraf dan memengaruhi fungsi otak. "Sudah diketahui kalau virus corona Covid-19 bisa membahayakan ginjal, tetapi mungkin juga berdampak pada sistem saraf pusat. Gejala yang harus diwaspadai sakit kepala, pusing, vertigo dan kesemutan," jelasnya. Jadi, kehilangan memori, gangguan berbicara dan kerja otak yang melambat perlu Anda waspadai sebagai tanda bahwa sistem saraf pusat telah mengalami gangguan akibat perawatan medis.

Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan sistem jantung-paru dan pembuluh darah dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke seluruh tubuh terutama jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan dalam proses metabolisme tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Kesehatan Penerbangan pada tahun 2015 ditemukan bahwa dari 230 orang pilot sipil sebanyak 69,5% memiliki daya tahan kardiorespirasi buruk dan hal ini dipengaruhi tingkat aktivitas fisik. Salah satu latihan fisik untuk meningkatkan daya tahan kardio respirasi adalah dengan melakukan High-Intensity Interval Training (HIIT). Jenis HIIT yang dianjurkan dalam sebuah studi yang menganalisis 7 hasil penelitian adalah dengan cara berolahraga intensitas tinggi 4 menit yang diselingi dengan olahraga intensitas rendah 3 menit sebanyak 4 set selama 28 menit. Untuk memperoleh hasil optimal HIIT harus dilakukan 3 kali seminggu selama periode 12-16 minggu. 

Jika dibandingkan dengan latihan fisik intensitas sedang dengan durasi lama, HIIT terbukti dapat meningkatkan daya tahan kardio respirasi secara lebih efektif. Apabila melakukan latihan fisik dengan durasi lama (lebih dari 300 menit per minggu) dapat menurunkan kadar antioksidan dalam pembuluh darah dan meningkatkan jumlah radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan pembuluh darah. Namun dengan melakukan HIIT makan penurunan kadar anti oksidan akibat latihan fisik terlalu lama dapat dicegah, dan sebaliknya justru dapat meningkatkan kadar anti oksidan dalam pembuluh darah. 

Melakukan HIIT yang hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat yaitu 84 menit seminggu (28 menit x 3 sesi) maka diharapkan dapat mempermudah pilot jika ingin melakukan latihan fisik karena tidak perlu meluangkan waktu khusus. Pada penelitian di Balai Kesehatan Penerbangan tahun 2016 jam terbang 7 hari terakhir mempengaruhi kebiasaan latihan fisik pada pilot yaitu pilot dengan jam terbang 3,5-14 jam berisiko 24% lebih rendah memiliki kebiasaan latihan fisik sesuai rekomendasi ACSM. Jenis latihan HIIT yang bisa dilakukan pada saat lay over adalah menggunakan treadmill atau sepeda statis di pusat kebugaran yang tersedia di hotel. Latihan dimulai dengan pemanasan selama 3 menit, lalu kemudian meningkatkan kecepatan hingga mencapai > 5mil/jam jika menggunakan treadmill atau > 10 mil/jam jika menggunakan sepeda statis. Setelah mempertahankan kecepatan ini selama 4 menit, maka dapat mengurangi intensitas latihan selama 3 menit dengan intensitas sedang yaitu 3 mil/jam di treadmill atau 5 mil/jam di sepeda statis, setelah itu kembali mengulangi latihan intensitas berat selama 4 menit, diselingi intensitas sedang 3 menit hingga mencapai durasi 28 menit. Apabila sebelumnya tidak rutin berolahraga maka interval latihan dapat dirubah menjadi 1 menit intensitas berat diselingi 1 menit intensitas sedang selama 20 menit. 

Apa itu kardiorespirasi ?

Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan sistem jantung-paru dan pembuluh darah dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke seluruh tubuh terutama jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan dalam proses metabolisme tubuh.

Secara sederhana, kardiorespirasi mengacu pada efisiensi jantung, paru, dan sistem pembuluh darah dalam mengirimkan oksigen ke seluruh tubuh. Penelitian menunjukkan, tingkat kebugaran yang rendah terkait dengan risiko penyakit jantung dan juga kematian. Kurang lebih bahayanya setara dengan penyakit kronik dan merokok. Walau begitu, level kardirespirasi tidak menjadi standar pemeriksaan dokter, bahkan di negara maju. Kita bisa mengukur kebugaran kardiorespirasi melalui konsumsi maksimal oksigen (VO2 max) yang dilakukan saat melakukan olahraga aerobik. VO2 max akan mengungkap kemampuan tubuh untuk mengirimkan dan menggunakan oksigen saat melakukan aktivitas fisik.

Walau kadar kardirespirasi kita buruk, kita bisa meningkatkannya. Caranya? Dengan berolahraga rutin dan konsisten. Pada orang dewasa sehat, latihan interval intesitas tinggi (HIIT) dapat meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dibandingkan latihan intensitas sedang dan durasinya panjang, meski jumlah kalori yang dibakar sama. Memang tidak semua orang sanggup melakukan HIIT, tetapi ini bisa menjadi alternatif di sela latihan rutin. Lagi pula, olahraga ini cocok untuk mereka yang tidak punya waktu banyak untuk olahraga. Contoh latihan untuk meningkatkan cardiorespiratory endurance yaitu berlari, berenang, dan bersepeda

Apa itu VO2max?

VO2max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per menit atau milliliter/menit/kg berat badan. VO2 max adalah skala ukuran dari jumlah maksimal dari oksigen yang digunakan selama melakukan aktivitas fisik berat. Skala ini adalah indikator terbaik dari ketahanan aerobika dan kebugaran kardiovaskular karena menunjukkan seberapa efisien sel-sel Anda menggunakan oksigen sebagai energi. Ada beberapa metode yang bisa Anda gunakan untuk mengukur VO2 max, tetapi kebanyakan cara tersebut membutuhkan peralatan khusus seperti treadmill atau sepeda latihan khusus terkalibrasi. Tes-tes tersebut cukup sulit dilakukan dan tidak cocok untuk semua tingkat kebugaran tubuh. Cara tercepat dan termudah untuk mengukur VO2 max Anda adalah dengan menggunakan perhitungan dasar dari tes kemampuan berjalan/berlari ringan.

Cara Menghitung VO2 Max tanpa Tes Kebugaran

1.    Menentukan denyut jantung Anda saat istirahat. Ada banyak gelang kesehatan dan jam tangan yang dilengkapi dengan alat pemantau detak jantung. Jika Anda memiliki alat ini, rekamlah detak jantung Anda saat beristirahat (seperti duduk atau bersantai tanpa melakukan apa-apa). Waktu terbaik untuk mengukur denyut jantung dalam kondisi istirahat adalah di pagi hari ketika Anda belum bangkit dari atas tempat tidur.

a.    Untuk mengukur detak jantung tanpa alat, letakkanlah dua jari Anda di pembuluh arteri yang ada di sisi leher, tepatnya di bawah rahang. Anda harusnya bisa merasakan denyut jantung Anda dengan jari tersebut.

b.    Atur sebuah penghitung detik selama 60 detik, lalu hitung berapa jumlah detak nadi yang Anda rasakan. Hasil pengukuran ini adalah jumlah denyut jantung per menit (bpm) Anda dalam kondisi istirahat.

2.    Hitunglah detak jantung maksimal Anda. Cara paling umum untuk menghitung detak jantung maksimal Anda adalah dengan mengurangi angka 220 dengan umur Anda saat ini. Apabila Anda berumur 25 tahun maka HRmax Anda adalah sebesar = 220 -25 = 195 denyut jantung per menit (bpm).

3.    Hitunglah besaran VO2 max Anda. Dengan angka detak jantung maksimal dan minimal yang sudah ditemukan, Anda bisa menggunakan rumus untuk menghitung besaran VO2 max. Katakanlah detak jantung Anda saat istirahat adalah sebesar 80 denyut per menit dan detak maksimalnya adalah 195 denyut per menit.

Tulislah rumus berikut: VO2 max = 15 x (denyut jantung maksimal : denyut jantung saat istirahat)

Masukan nilai berikut: VO2 max = 15 x (195/80).

Penyelesaiannya: VO2 max = 15 x 2.44 = 36.56 ml/kg/menit.

Prinsip FITT dalam Latihan

Untuk memperoleh manfaat dalam melakukan olahraga dan latihan yang kita lakukan maka harus menggunakan aturan olahraga yang benar yaitu FITT (Frekuensi, Intensitas, Tipe dan Time). Manfaat yang bisa didapat pada tubuh diantaranya adalah meningkatkan kapasitas aerobik yang menjadi indikator bagus tidaknya tingkat kebugaran seseorang. Singkatan FITT terdiri dari Frekuensi, Intensitas, Tipe dan Time.

1. frekuensi

latihan bergantung pada status kesehatan dan kebugaran jasmani para pelakunya untuk dapat memberikan efek latihan terhadap peningkatan kemampuan komponen kebugaran jasmani, frekuensi latihan sebaiknya 3-5 kali per minggu, berdasarkan pada prinsip latihan ada hari latihan berat dan ada hari latihan ringan.

2. intensitas

Intensitas menyatakan berat ringannya beban latihan dan merupakan faktor utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap fungsi tubuh atau fungsi dari kuatnya respons saraf terhadap beban tertentu pada waktu latihan.

3. time

Lama latihan yang dianjurkan adalah :

  • Pemanasan 5 menit
  • Latihan inti 30-45 menit
  • Pendinginan 5 menit

4. tipe

Bentuk latihan yang berbeda akan memberikan efek pada faal tubuh yang berbeda pula. Pada dasarnya hanya ada dua bentuk latihan fisik yaitu: latihan aerobik dan latihan anaerobik.

Dari paparan tentang konsep latihan fisik (frekuensi, intensitas, tipe, dan lama waktu latihan) yang diterapkan dalam pelaksanaan program latihan fisik, pada dasarya bertujuan agar latihan fisik yang diberikan memberikan efek yang positif, yaitu peningkatan kualitas fungsional sistem tubuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar