Senin, 21 Juni 2021

FISIOTERAPI PADA PASIEN POST COVID 19 (LATIHAN KARDIORESPIRASI)

 FISIOTERAPI PADA PASIEN POST COVID 19

Akhir-akhir ini kita dibuat gempar akan hadirnya sebuah virus yang berbahaya, yakni virus corona (COVID-19). Virus corona adalah kelompok besar virus yang menyebabkan berbagai jenis penyakit, mulai dari batuk pilek hingga penyakit yang lebih parah seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Virus ini menimbulkan wabah yang dikenal dengan COVID-19, infeksi virus ini pertama kali dilaporkan di Wuhan, Cina, pada 31 Desember 2019 dan dapat menular antar manusia. Alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan oral (Wang et al., 2020). Virus ini awalnya ditularkan dari hewan ke manusia, namun kemudian diketahui bahwa virus ini dapat menular dari manusia ke manusia.

Virus ini menular lewat :
1. Terjadi kontak dekat dengan orang yang sudah terinfeksi, tidak sengaja menghirup percikan ludah dari batuk, bersin atau yang membuang ludah sembarangan.
2. Terjadi kontak dengan partikel virus yang terdapat di udara ketika penderita COVID-19 batuk atau bersin
3. Menyentuh benda-benda yang telah terkontaminasi oleh 2019-nCoV (contohnya, menyentuh gagang pintu yang di tempat umum serta pegangan di bus maupun kereta, tombol lift), lalu menyentuh area wajah seperti mata, hidung, atau mulut.

     COVID-19 ini sangat cepat penyebarannya dan dapat menular ke semua umur mulai dari bayi hingga lansia, lansia memiliki peluang besar untuk tertular dikarenakan lansia mengalami penurunan kapasitas fungsional hampir pada seluruh sistem tubuhnya, termasuk imunitas, sehingga rentan terhadap infeksi apapun. Ibu Isnaini Herawati, S.Fis., Ftr., M.Sc selaku Ketua Perhimpunan Fisioterapi Kardiorespirasi Indonesia (PAFKRI) mengungkapkan secara singkat patogenesis dari COVID-19 adalah SARS-CoV-2 masuk ke dalam sel melalui reseptor ACE-2 pada paru manusia, reseptor ini diekspresikan oleh sel epitel alveolar tipe I dan II. Diantara kedua sel ini 83% sel alveolar tipe II mengekspresikan ACE-2 sehingga sel ini merupakan target utama dari SARS-CoV-2. Masuknya virus ke reseptor menyebabkan ekspresi ACE-2 meningkat dan terjadinya kerusakan sel alveolar kemudian hal itu dilanjutkan terjadinya respon reaksi sistemik berat dan yang terakhir adalah terjadinya sepsis.

     Menghadapi Pandemi COVID 19, maka dibutuhkan peran kolaborasi dari tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya, sebagai bagian dari tenaga kesehatan fisioterapi memiliki peran penting dalam penanganan pasien dengan COVID-19. Fisioterapis berperan dalam aspek pencegahan (preventif), aspek penyembuhan (kuratif), serta aspek pemulihan dan pemeliharaan (rehabilitatif).


Prinsip-prinsip manajemen fisioterapi dalam penanganan masalah pernafasan adalah :
a. Pembersihan jalan nafas
b. Fasilitasi pembersihan secret/dahak
c. Memperbaiki integritas sendi, RPM (Relaxed Passive Movement), dan kekuatan otot
d. Mencegah komplikasi
e. Exercise dan mobilisasi dini

Karena, mereka melawati masa terburuk dari infeksi virus corona Covid-19, maka efeknya akan terasa pada fisiknya selama menjalani perawatan di kamar perawatan. Pasien akan mengalami kelelahan sama seperti orang yang berlari marathon, lalu pingsan dan kakinya tidak terlalu kuat. Sementara proses pemulihannya tergantung pada usia dan tingkat kebugarannya.Selain kesulitan berjalan, pasien virus corona Covid-19 yang sembuh juga bisa mengalami kabut otak dan kehilangan ingatan. Kondisi ini juga dialami oleh Rita Wilson, istri Tom Hanks yang gejalanya berupa sakit kepala.

Pasien virus corona Covid-19 mungkin tidak mengalami kekurangan oksigen selama menggunakan alat bantu ventilator. Karena, tubuh memprioritaskan oksigen ke otak, mematikan organ-organ lain terlebih dahulu sehingga tidak mungkin mengalami kerusakan permanen.

Tetapi, Dr Bharat Pankhania, seorang ahli penyakit menular telah memberi saran mengenai pandemi SARS dan Ebola sebelumnya yang menyebabkan kerusakan saraf dan memengaruhi fungsi otak. "Sudah diketahui kalau virus corona Covid-19 bisa membahayakan ginjal, tetapi mungkin juga berdampak pada sistem saraf pusat. Gejala yang harus diwaspadai sakit kepala, pusing, vertigo dan kesemutan," jelasnya. Jadi, kehilangan memori, gangguan berbicara dan kerja otak yang melambat perlu Anda waspadai sebagai tanda bahwa sistem saraf pusat telah mengalami gangguan akibat perawatan medis.

Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan sistem jantung-paru dan pembuluh darah dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke seluruh tubuh terutama jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan dalam proses metabolisme tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Kesehatan Penerbangan pada tahun 2015 ditemukan bahwa dari 230 orang pilot sipil sebanyak 69,5% memiliki daya tahan kardiorespirasi buruk dan hal ini dipengaruhi tingkat aktivitas fisik. Salah satu latihan fisik untuk meningkatkan daya tahan kardio respirasi adalah dengan melakukan High-Intensity Interval Training (HIIT). Jenis HIIT yang dianjurkan dalam sebuah studi yang menganalisis 7 hasil penelitian adalah dengan cara berolahraga intensitas tinggi 4 menit yang diselingi dengan olahraga intensitas rendah 3 menit sebanyak 4 set selama 28 menit. Untuk memperoleh hasil optimal HIIT harus dilakukan 3 kali seminggu selama periode 12-16 minggu. 

Jika dibandingkan dengan latihan fisik intensitas sedang dengan durasi lama, HIIT terbukti dapat meningkatkan daya tahan kardio respirasi secara lebih efektif. Apabila melakukan latihan fisik dengan durasi lama (lebih dari 300 menit per minggu) dapat menurunkan kadar antioksidan dalam pembuluh darah dan meningkatkan jumlah radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan pembuluh darah. Namun dengan melakukan HIIT makan penurunan kadar anti oksidan akibat latihan fisik terlalu lama dapat dicegah, dan sebaliknya justru dapat meningkatkan kadar anti oksidan dalam pembuluh darah. 

Melakukan HIIT yang hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat yaitu 84 menit seminggu (28 menit x 3 sesi) maka diharapkan dapat mempermudah pilot jika ingin melakukan latihan fisik karena tidak perlu meluangkan waktu khusus. Pada penelitian di Balai Kesehatan Penerbangan tahun 2016 jam terbang 7 hari terakhir mempengaruhi kebiasaan latihan fisik pada pilot yaitu pilot dengan jam terbang 3,5-14 jam berisiko 24% lebih rendah memiliki kebiasaan latihan fisik sesuai rekomendasi ACSM. Jenis latihan HIIT yang bisa dilakukan pada saat lay over adalah menggunakan treadmill atau sepeda statis di pusat kebugaran yang tersedia di hotel. Latihan dimulai dengan pemanasan selama 3 menit, lalu kemudian meningkatkan kecepatan hingga mencapai > 5mil/jam jika menggunakan treadmill atau > 10 mil/jam jika menggunakan sepeda statis. Setelah mempertahankan kecepatan ini selama 4 menit, maka dapat mengurangi intensitas latihan selama 3 menit dengan intensitas sedang yaitu 3 mil/jam di treadmill atau 5 mil/jam di sepeda statis, setelah itu kembali mengulangi latihan intensitas berat selama 4 menit, diselingi intensitas sedang 3 menit hingga mencapai durasi 28 menit. Apabila sebelumnya tidak rutin berolahraga maka interval latihan dapat dirubah menjadi 1 menit intensitas berat diselingi 1 menit intensitas sedang selama 20 menit. 

Apa itu kardiorespirasi ?

Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan sistem jantung-paru dan pembuluh darah dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke seluruh tubuh terutama jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan dalam proses metabolisme tubuh.

Secara sederhana, kardiorespirasi mengacu pada efisiensi jantung, paru, dan sistem pembuluh darah dalam mengirimkan oksigen ke seluruh tubuh. Penelitian menunjukkan, tingkat kebugaran yang rendah terkait dengan risiko penyakit jantung dan juga kematian. Kurang lebih bahayanya setara dengan penyakit kronik dan merokok. Walau begitu, level kardirespirasi tidak menjadi standar pemeriksaan dokter, bahkan di negara maju. Kita bisa mengukur kebugaran kardiorespirasi melalui konsumsi maksimal oksigen (VO2 max) yang dilakukan saat melakukan olahraga aerobik. VO2 max akan mengungkap kemampuan tubuh untuk mengirimkan dan menggunakan oksigen saat melakukan aktivitas fisik.

Walau kadar kardirespirasi kita buruk, kita bisa meningkatkannya. Caranya? Dengan berolahraga rutin dan konsisten. Pada orang dewasa sehat, latihan interval intesitas tinggi (HIIT) dapat meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dibandingkan latihan intensitas sedang dan durasinya panjang, meski jumlah kalori yang dibakar sama. Memang tidak semua orang sanggup melakukan HIIT, tetapi ini bisa menjadi alternatif di sela latihan rutin. Lagi pula, olahraga ini cocok untuk mereka yang tidak punya waktu banyak untuk olahraga. Contoh latihan untuk meningkatkan cardiorespiratory endurance yaitu berlari, berenang, dan bersepeda

Apa itu VO2max?

VO2max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per menit atau milliliter/menit/kg berat badan. VO2 max adalah skala ukuran dari jumlah maksimal dari oksigen yang digunakan selama melakukan aktivitas fisik berat. Skala ini adalah indikator terbaik dari ketahanan aerobika dan kebugaran kardiovaskular karena menunjukkan seberapa efisien sel-sel Anda menggunakan oksigen sebagai energi. Ada beberapa metode yang bisa Anda gunakan untuk mengukur VO2 max, tetapi kebanyakan cara tersebut membutuhkan peralatan khusus seperti treadmill atau sepeda latihan khusus terkalibrasi. Tes-tes tersebut cukup sulit dilakukan dan tidak cocok untuk semua tingkat kebugaran tubuh. Cara tercepat dan termudah untuk mengukur VO2 max Anda adalah dengan menggunakan perhitungan dasar dari tes kemampuan berjalan/berlari ringan.

Cara Menghitung VO2 Max tanpa Tes Kebugaran

1.    Menentukan denyut jantung Anda saat istirahat. Ada banyak gelang kesehatan dan jam tangan yang dilengkapi dengan alat pemantau detak jantung. Jika Anda memiliki alat ini, rekamlah detak jantung Anda saat beristirahat (seperti duduk atau bersantai tanpa melakukan apa-apa). Waktu terbaik untuk mengukur denyut jantung dalam kondisi istirahat adalah di pagi hari ketika Anda belum bangkit dari atas tempat tidur.

a.    Untuk mengukur detak jantung tanpa alat, letakkanlah dua jari Anda di pembuluh arteri yang ada di sisi leher, tepatnya di bawah rahang. Anda harusnya bisa merasakan denyut jantung Anda dengan jari tersebut.

b.    Atur sebuah penghitung detik selama 60 detik, lalu hitung berapa jumlah detak nadi yang Anda rasakan. Hasil pengukuran ini adalah jumlah denyut jantung per menit (bpm) Anda dalam kondisi istirahat.

2.    Hitunglah detak jantung maksimal Anda. Cara paling umum untuk menghitung detak jantung maksimal Anda adalah dengan mengurangi angka 220 dengan umur Anda saat ini. Apabila Anda berumur 25 tahun maka HRmax Anda adalah sebesar = 220 -25 = 195 denyut jantung per menit (bpm).

3.    Hitunglah besaran VO2 max Anda. Dengan angka detak jantung maksimal dan minimal yang sudah ditemukan, Anda bisa menggunakan rumus untuk menghitung besaran VO2 max. Katakanlah detak jantung Anda saat istirahat adalah sebesar 80 denyut per menit dan detak maksimalnya adalah 195 denyut per menit.

Tulislah rumus berikut: VO2 max = 15 x (denyut jantung maksimal : denyut jantung saat istirahat)

Masukan nilai berikut: VO2 max = 15 x (195/80).

Penyelesaiannya: VO2 max = 15 x 2.44 = 36.56 ml/kg/menit.

Prinsip FITT dalam Latihan

Untuk memperoleh manfaat dalam melakukan olahraga dan latihan yang kita lakukan maka harus menggunakan aturan olahraga yang benar yaitu FITT (Frekuensi, Intensitas, Tipe dan Time). Manfaat yang bisa didapat pada tubuh diantaranya adalah meningkatkan kapasitas aerobik yang menjadi indikator bagus tidaknya tingkat kebugaran seseorang. Singkatan FITT terdiri dari Frekuensi, Intensitas, Tipe dan Time.

1. frekuensi

latihan bergantung pada status kesehatan dan kebugaran jasmani para pelakunya untuk dapat memberikan efek latihan terhadap peningkatan kemampuan komponen kebugaran jasmani, frekuensi latihan sebaiknya 3-5 kali per minggu, berdasarkan pada prinsip latihan ada hari latihan berat dan ada hari latihan ringan.

2. intensitas

Intensitas menyatakan berat ringannya beban latihan dan merupakan faktor utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap fungsi tubuh atau fungsi dari kuatnya respons saraf terhadap beban tertentu pada waktu latihan.

3. time

Lama latihan yang dianjurkan adalah :

  • Pemanasan 5 menit
  • Latihan inti 30-45 menit
  • Pendinginan 5 menit

4. tipe

Bentuk latihan yang berbeda akan memberikan efek pada faal tubuh yang berbeda pula. Pada dasarnya hanya ada dua bentuk latihan fisik yaitu: latihan aerobik dan latihan anaerobik.

Dari paparan tentang konsep latihan fisik (frekuensi, intensitas, tipe, dan lama waktu latihan) yang diterapkan dalam pelaksanaan program latihan fisik, pada dasarya bertujuan agar latihan fisik yang diberikan memberikan efek yang positif, yaitu peningkatan kualitas fungsional sistem tubuh.


Minggu, 21 Juli 2019

Apa itu Kinesio tape? Contoh penggunaan taping pada otot uppertrapezius


Apa itu Kinesio Tape?
Kinesio tape (pita Kinesio) adalah plester berperekat yang berbentuk pita dan terbuat dari bahan lateks. Pita ini mempunyai ketebalan dan elastisitas yang hampir menyerupai kulit manusia, sehingga tidak membatasi pergerakan saat digunakan dan tidak menimbulkan penekanan pada area perekatan, oleh karenanya dapat digunakan untuk jangka waktu yang cukup lama (5-7 hari), tanpa harus khawatir dengan pembatasan gerakan dan perlukaan area kulit yang direkatinya. Pita ini tahan air dan dapat digunakan selama latihan, mandi bahkan berenang, mengering dengan cepat dan jarang menimbulkan iritasi pada kulit. Elastisitas pita Kinesio ini memiliki potensi bentangan antara 130-140 % dari panjang aslinya.
Alat ini dikembangkan oleh Dr. Kenzo Kase, seorang Chiropractor pada tahun 1970 dengan maksud dan tujuan utama untuk mengurangi rasa sakit/nyeri dan meningkatkan penyembuhan jaringan lunak. Namun terdapat manfaat lain dari Kinesio tape yaitu mengurangi kelelahan otot, mengurangi pembengkakan (edema), meningkatkan drainase cairan limfatik dan meningkatkan aliran darah.
Bagaimana Prinsip Kerja Kinesio Tape?
Otot rangka yang sehat sangat penting agar manusia dapat bergerak dengan baik. Sebuah otot atau tendon yang tegang atau terluka, akan membuat gerakan kita menjadi lebih lemah dan lambat, terlebih apabila pekerjaan menuntut aktivitas fisik yang berat. Umumnya seseorang yang mengalami cedera otot, akan membatasi gerak karena nyeri dan untuk mencegah cedera lebih lanjut. Pembatasan gerak justru akan menghambat sirkulasi aliran darah, aliran limfatik dan akan memperlambat proses penyembuhan alami tubuh.
PRINSIP KERJA KINESIO TAPE
Sumber gambar: Kinesiotape.ca
Pemakaian pita Kinesio pada otot yang cedera akan menstabilkan dan menopang struktur jaringan lunak tubuh (otot, tendon, ligamen) dan sendi yang mengalami cedera/nyeri, agar tetap dapat digerakkan secara aktif, tanpa nyeri sehingga aliran darah dan limfatik tetap lancar sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan alami dengan baik.
 mANFAAT TERAPI KINESIO TAPE
prinsip taping adalah untuk mencegah dan melindungi persendian dan cedera otot, ini melibatkan pita elastis yang tidak mengandung bercak pereda nyeri seperti gel dan memperkuat fungsinya. ketika seseorang memiliki gangguan rasa sakit, menempel pada kulit, otot dan sendi fasia dapat mengembalikan fungsi dasar manusia.
Taping dirancang untuk memiliki ventilasi yang baik dan menyeimbangkan tubuh dengan otot karena ventilasi yang sangat baik dan daya tahan perekat yang lembut. juga pita itu elastis dan elastisitasnya mirip dengan kontraksi otot manusia yang memungkinkan kita memperoleh reaksi tubuh yang mendasar.
Taping menjaga otot dari overextended, dan dengan mengangkat kulit (sekitar 10 mikron) ruang antara kulit dan otot melebar. pada saat ini kulit membentuk bentuk spiral (gelombang), aliran darah dan getah bening dipromosikan antara lapisan fasia dan kemampuan untuk memajukan dipupuk, yang menenangkan rasa sakit. juga, fungsi gerak otot ditingkatkan, memungkinkan kita melakukan upaya fisik secara sehat. dengan demikian, terapi taping tidak memiliki efek samping, mudah dilakukan dan bekerja secara keseluruhan dengan cepat.
PRINSIP KERJA KINESIO TAPE
Efek taping
1. Taping memperbaiki fungsi otot dan menyebabkan kerusakan sekunder karena elastisitas pita, kulit dan otot distimulasi sehingga otot yang tegang kembali ke keadaan semula. ketika otot yang sakit diabaikan sendirian, otot yang mengelilinginya bereaksi, yang dapat menyebabkan kerusakan sekunder atau rasa sakit yang meningkat. oleh karena itu, merekam tidak hanya memperbaiki fungsi otot tetapi juga mencegah kerusakan sekunder.
2. Taping meningkatkan sirkulasi darah, getah bening dan cairan jaringan karena selotip mengangkat kulit, cairan jaringan yang stagnan atau cairan internal di bagian topikal dibuang dan sirkulasi darah atau getah bening dipromosikan, menenangkan rasa sakit.
3. Taping  meredakan rasa sakit
Dengan menempel taping pada bagian yang menyakitkan, itu menenangkan rasa sakit secara neurologis.
4. Taping mengoreksi dislokasi sendi
Otot di sekitar sendi sering terlalu tegang dan dengan menekannya, gerakan otot kembali ke dirinya sendiri, yang mencegah sendi menjadi terkilir.
Contoh penggunaan taping pada otot uppertrapezius
1. letakkan ujung pita di tepi bahu
2. pasien memutar kepala ke sisi yang berlawanan dari taping sejauh mungkin. menempelkan selotip ke garis rambut.

Sumber referensi:
2. Buku taping master by Lee Ilgu dan Kwangjae

Selasa, 16 Juli 2019

Fisioterapi pada flat foot atau kaki datar


Kaki rata atau flat foot adalah kondisi di mana lengkungan yang seharusnya terdapat di telapak kaki, menjadi rata. Pada bayi atau balita, kondisi ini tergolong normal karena tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang. Namun pada anak-anak yang sudah lebih besar dan orang dewasa, kaki rata dapat menjadi tanda adanya kelainan pada tulang atau jaringan tendon kaki, jaringan yang menempelkan otot ke tulang.
Penyebab Kaki Rata
Kaki rata selalu berkaitan dengan tulang dan tendon pada telapak kaki atau tungkai bagian bawah. Pada anak-anak, kelainan sejak lahir merupakan penyebab paling sering terjadinya kaki rata. Meski demikian, kaki rata juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti:
1.      Kerusakan atau peradangan pada kaki.
2.      Tendon longgar atau robek.
3.      Patah tulang atau dislokasi (perubahan posisi sendi).
4.      Gangguan saraf.
Risiko kaki rata juga akan meningkat jika:
1.      Obesitas
2.      Hamil
3.      Bertambah usia
4.      Diabetes
5.      Menggunakan sepatu yang terlalu sempit atau heels tinggi
Gejala Kaki Rata
Kaki rata ditandai dengan hilangnya lengkungan pada telapak kaki, sehingga seluruh bagian pada telapak kaki dapat menyentuh lantai ketika berdiri. Kaki rata pada awalnya masih bersifat elastis, yang berarti lengkungan masih dapat terlihat ketika pasien berjinjit. Namun seiring bertambahnya usia, kondisi dapat makin memburuk, terutama jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Kaki rata yang memburuk dapat menjadi kaku sepenuhnya, dan lengkungan tidak lagi terlihat meski ketika berjinjit.
Pada kasus tertentu, penderita kaki rata juga merasakan gejala lain, seperti:
1.      Nyeri, terutama pada area lengkungan atau tumit.
2.      Pergerakan terganggu, seperti sulit berdiri dengan menumpu pada jari kaki.
3.      Pembengkakan pada bagian bawah kaki.
4.      Kaki mudah pegal.
5.      Gatal.
Diagnosis Kaki Rata
Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan terhadap fisik dan kondisi pasien secara menyeluruh. Pada tahap awal, pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa:
1.      Pemeriksaan telapak kaki. Dalam tes ini, fisioterapis akan meminta pasien membasahkan kaki lalu berdiri pada suatu alas khusus. Alas tersebut akan menunjukan cetakan kaki pasien. Semakin tebal cetakan yang ada pada bagian lengkungan menunjukan bahwa pasien memiliki kaki rata.
2.      Pemeriksaan sepatu. Fisioterapis akan melihat sol sepatu pasien. Jika pasien memiliki kaki rata, maka terdapat bagian tertentu pada sol yang aus atau susut karena tergosok, terutama di bagian tumit.
3.      Tes jinjit. Tes ini berfungsi untuk melihat apakah kaki pasien masih bersifat elastis atau tidak. Dalam prosesnya, pasien akan diminta untuk berjinjit. Jika saat pasien berjinjit lengkungan pada kaki masih terlihat, maka kaki rata yang diderita pasien bersifat elastis.
Pengobatan Kaki Rata
Penanganan hanya diperlukan jika kaki rata menimbulkan gangguan, seperti rasa nyeri. Metode penanganannya pun berbeda-beda pada tiap pasien, harus disesuaikan dengan penyebab yang menyertai.
Bila diperlukan, terdapat 3 metode yang dilakukan untuk menangani kaki rata, yakni:
1.      Fisioterapi. Program fisioterapi yang dapat dilakukan adalah latihan peregangan atau pemberian alat khusus berupa sol atau sepatu khusus. Diskusikan lebih lanjut dengan dokter program yang sesuai dengan kondisi yang dialami.
Contoh peregangan/stretching:
a.      Toe raise, point and curl
Latihan ini memiliki tiga tahap dan akan membantu memperkuat semua bagian kaki dan jari kaki.

Untuk melakukan latihan ini:

Duduk tegak di kursi, dengan kaki rata di lantai.
Menjaga jari kaki di lantai, angkat tumit. Berhentilah ketika hanya bola-bola kaki yang tersisa di tanah.
Tahan posisi ini selama 5 detik sebelum menurunkan tumit.
Untuk tahap kedua, angkat tumit dan arahkan jari-jari sehingga hanya ujung jari besar dan kedua yang menyentuh lantai.
Tahan selama 5 detik sebelum menurunkan.
Untuk tahap ketiga, angkat tumit dan gerakkan jari-jari kaki ke dalam, sehingga hanya ujung jari yang menyentuh lantai. Tahan posisi ini selama 5 detik.
Bangun fleksibilitas dan mobilitas dengan mengulangi setiap tahap 10 kali.
b.      Toe splay
Splay jari kaki dikembangkan untuk meningkatkan kontrol atas otot kaki. Ini dapat dilakukan dengan kedua kaki sekaligus, atau pada kaki pengganti, tergantung pada kenyamanan.

Untuk melakukan latihan ini:

Duduk di kursi bersandaran lurus dengan kaki bersandar dengan lembut di lantai.
Rentangkan jari-jari sejauh mungkin tanpa melelahkan. Tahan posisi selama 5 detik.
Ulangi gerakan ini 10 kali.
Setelah beberapa kekuatan telah dibangun, coba lilitkan gelang karet di sekitar jari kaki. Ini akan memberikan perlawanan dan membuat latihan lebih menantang.
c.       Golf ball roll

Menggulirkan bola golf di bawah kaki dapat membantu meringankan ketidaknyamanan pada lengkungan dan meringankan rasa sakit yang terkait dengan kaki datar.

Untuk melakukan latihan ini:


Duduk tegak di kursi, dengan kaki rata di lantai.
Letakkan bola golf - atau bola keras dan kecil lainnya - di lantai di sebelah kaki.
Letakkan satu kaki di atas bola dan gerakkan, tekan ke bawah sekeras yang nyaman. Bola harus memijat bagian bawah kaki.
Lanjutkan selama 2 menit, lalu ulangi dengan kaki yang lain
Sebotol air beku bisa menjadi alternatif yang menenangkan jika tidak tersedia bola yang cocok.
2.      Obat-obatan. Obat hanya diberikan pada kondisi tertentu, misalnya kaki rata yang diderita disebabkan oleh rheumatoid arthritis. Dokter dapat memberikan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen, yang berfungsi untuk meredakan nyeri akibat peradangan yang ada.
3.      Operasi. Operasi juga dilakukan atas pertimbangan khusus, misalnya ketika kaki rata disebabkan oleh tendon yang robek atau patah tulang. Maka, operasi dilakukan untuk menangani penyebab kaki rata tersebut.
Pasien juga dapat melakukan perawatan mandiri guna mencegah atau mengendalikan rasa nyeri yang timbul. Di antaranya adalah:
1.      Gunakan sepatu atau alas kaki yang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan bentuk kaki.
2.      Beristirahat dan kompres kaki dengan es. Bila perlu, minum obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti paracetamol, ketika nyeri muncul.
3.      Lakukan peregangan. Tanyakan kepada dokter atau terapis mengenai peregangan yang dapat dilakukan sebelum kegiatan.
4.      Atasi kondisi kesehatan yang dapat memperburuk kaki rata, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas.
5.      Hindari aktivitas yang memberikan beban berlebih pada kaki, seperti berlari.
6.      Sebisa mungkin hindari olahraga yang terlalu membebani kaki, seperti bola basket, sepak bola, hoki, atau tenis.
Sumber referensi:
1.      Aenumulapalli, et al. (2017). Prevalence of Flexible Flat Foot in Adults: A Cross-Sectional Study. JCDR, 11(6), pp. AC17-AC20. 
2.      Pita-Fernandez, et al. (2017). Flat Foot in a Random Populations and its Impact on Quality Life and Functionality. JCDR, 11(4), pp. LC22-LC27. 
3.      Weatherford, BM. Orhtoinfo (2017). Adult Acquired Flatfoot. 
4.      Mayo Clinic (2018). Conditions & Diseases. Flatfeet. 
5.      Morrison, MA. Healthline (2016). Flat Foot. 
6.      Moyer, C. Verywell Health (2018). An Overview of Flat Feet. 
7.      Ratini, M. Web MD (2018). Fallen Arches.
8.      Best ways you can treat, prevent hammertoe. (2015, April 3). Retrieved from https://health.clevelandclinic.org/2015/04/best-ways-you-can-treat-prevent-hammertoe/
9.      Exercises for healthy feet. (n.d.). Retrieved from http://health.harvard.edu/healthbeat/exercises-for-healthy-feet
10.  Foot and ankle conditioning program. (2012, October). Retrieved from https://orthoinfo.aaos.org/en/recovery/foot-and-ankle-conditioning-program 
11.  Heel pain. (2017, August 3). Retrieved from https://www.nhs.uk/conditions/heel-pain/
12.  How to keep your feet flexible. (n.d.). Retrieved from http://aofas.org/footcaremd/how-to/foot-health/Pages/How-to-Keep-Your-Feet-Flexible.aspx
15.  Strengthening foot muscles to reduce pain and improve mobility. (2016, July). The Journal of Orthopaedic & Sports Physical Therapy46(7), 606. Retrieved from http://www.1stchoice-pt.com/files/2017/06/JOSPT-bunion-3.pdf
16.  Tips for preventing foot and ankle injuries. Retrieved from https://www.ucsfhealth.org/education/tips_for_preventing_foot_and_ankle_injuries/index.html