RIWAYAT KASUS: CONTOH LAPORAN KASUS
Laporan kasus
ini merupakan contoh penerapan formulir di atas.
A.
Identitas pasien
Tuan A.B.
Tanggal lahir:
12 November 1975
Alamat:
Tanggal masuk:
15 November 1995
Tanggal
pemulangan: 16 Desember 1995
Konsultan
(psikiater): Dr.X
B.
Alasan dirujuk: Tn B. didaftarkan di bangsal 35 oleh Dr.X sebagai pasien sukarela
dari klinik rawat jalan dengan riwayat mood yang semakin tertekan 3 minggu
terakhir dan adanya riwayat ide bunuh diri selama 3 hari belakangan. Keadaan
ini memburuk walaupun ia telah diberi pengobatan 100 mg fluvoxamine nokturnal.
C.
Riwayat penyakit sekarang: selama lebih
dari 3 minggu sebelum dirawat, Tn B. Mengalami penurunan mood, insomnia awal
tidur, terbangun terlalu pagi, dan penurunan nafsu makan. Tiga hari sebelum
dirawat, ia mulai merasakan hidupnya tidak berarti, dan pada pagi sebelum ia
dirawat, Tn B melaporkan bahwa ia telah berpikir untuk gantung diri. Ia telah
diobati dengan fluvoxamine 100 mg nokturnal tetapi belum membaik.
D.
Riwayat keluarga: Ayah Tn B adalah seorang dosen fakultas kedokteran berusia 51
tahun. Ibunya adalah seorang akuntan berusia 48 tahun. Tn B. Tidak memiliki
saudara kandung. Ibu dan nenek dari ibunya memiliki riwayat depresi, bahkan
ibunya dahulu pernah diterapi dengan ECT. Tidak ada riwayat psikiatri lainnya dalam keluarga.
E.
Riwayat pribadi: Tn B. Dilahirkan di Oxford, Inggris. Kelahiran dan perkembangan
dininya normal. Kesehatan masa kecilnya baik, dan ia mudah bergaul di sekolah.
Setelah selesai SMA pada usia 18 tahun dengan hasil yang amat memuaskan, Tn. B.
Melanjutkan kuliah di London School of Economics dan mendapat gelar sarjana. Ia
mengambil pendidikan pasca-sarjana pada umur 21 tahun. Tn. B. Tinggal sendirian
di asrama mahasiswa. Ia seorang heteroseksual dan pernah memiliki hubungan
serius dengan seorang wanita selama satu tahun. Hubungan tersebut berakhir 4
minggu sebelum dirawat, karena wanita itu berselingkuh dengan salah satu teman
laki-laki Tn B. Tn B Tidak memiliki anak dan tidak terdapat riwayat kekerasan
seksual atau fisik di masa lalunya.
F.
Riwayat kesehatan dahulu: tidak ada kelainan
G.
Riwayat psikiatri dahulu: tidak ada
H.
Penggunaan zat psikoaktif: minum alkohol
untuk pergaulan dan tidak merokok. Tidak ada riwayat penggunaan obat terlarang.
I.
Riwayat kriminal: tidak ada
J.
Kepribadian pramorbid: biasanya mudah bergaul, mau keluar
dan mudah berteman.
II.
Pemeriksaan status mental
A.
Penampilan dan perilaku: seorang pemuda yang tidak mencukur wajah
dan tidak rapi, memakai pakaian yang tidak dicuci. Dia duduk diam di kursi,
tatap matanya tidak adekuat dan menatap ke lantai terus saat wawancara. Kadang
ia menangis. Rapport-nya baik dan jawabannya terhadap pertanyaan sesuai.
B.
Bicara: Tn B bicara lambat dan terdapat jeda yang lama antara
pertanyaan dan jawaban.
C.
Mood: Tn B secara objektif dan subjektif tampak depresif. Tn B
tidak nampak cemas. Afeknya serasi dan stabil.
D.
Isi pikiran: Tn B mengalami preokupasi dengan pikiran mengenai
pacarnya yang baru saja meninggalkan dia dan betapa tega laki-laki itu merebut
pacarnya. Ia tidak terpikir untuk menyakiti orang lain selain dirinya.
E.
Keyakinan dan pengalaman abnormal: ia menyangkal pernah memiliki.
F.
Status kognitif: atensi dan konsentrasinya buruk, teteapi tidak ada
abnormalitas lain dalam fungsi kognitifnya.
G.
Tilikans: tilikannya baik. Ia yakin dirinya tertekan dan menerima
bahwa ia butuh perawatan.
III.
Pemeriksaan fisik
Tidak ada kelainan
IV.
Pemeriksaan penunjang
Uji hematologis dan
biokimiawi normal. Uji fungsi tiroid, vitamin B12 dan kadar folat
normal.
V.
Diagnosis
Episode depresif
VI.
Faktor etiologi
Adanya riwayat depresi dalam keluarga dari pihak ibu menunjukkan
kemungkinan keterlibatan genetik untuk kelainan ini. Episode ini kemungkinan
dicetuskan kejadian hidup berupa kekasihnya yang meninggalkannya bersama salah
satu temannya.
VII.
Penatalaksanaan dan kemajuan
Dengan memandang adanya pikiran bunuh diri, Tn. B diawasi intensif
sejak ia masuk hingga 4 hari kemudian ketika ia tidak lagi ingin bunuh diri.
Pengamatan kemudian dikendurkan bertahap hingga mencapai normal 3 hari
kemudian. Fluvoxamine dinaikkan menjadi 200 mg per hari saat masuk. Ia didorong
untuk mengungkapkan perasaannya mengenai mantan pacar dan teman lelakinya tadi
malam sesi psikoterapi suportif dengan staf perawat psikiatrinya di bangsal.
Dalam 2 minggu mood-nya membaik. Tidur serta nafsu makannya benar-benar kembali
normal stelah 2 minggu berikutnya. Setelah melewati akhir minggu, ia
dipulangkan sambil dibekali fluvoxamine
150 mg sehari (50 mg siang dan 100 mg malam), pada tanggal 16 desember
untuk menghabiskan 3 minggu berikutnya di rumah orang tuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar